Masjid Tua Indrapuri di Aceh Masih Berdiri Kokoh

Menunggu waktu Salat Fardu tiba khususnya, menjadi salah satu rutinitas yang dilakukan warga setempat dan masyarakat pendatang, terutama pada Bulan Suci Ramadan.

Menurut literatur, Masjid Tua Indrapuri dibangun pada masa pemerintah Sultan Iskandar Muda pada 1607-1636 Masehi, di atas bangunan pra-Islam. Dari segi arsitektur, Masjid Indrapuri masih terpengaruh budaya Hindu yang terlihat dari atapnya yang bertingkat-tingkat.

Masjid Indrapuri juga menjadi tempat bersejarah di masa itu, yakni pernah digunakan sebagai tempat penobatan Sultan Muhammad Daud Syah pada 1878 Masehi sebagai Sultan Aceh. Muhammad Daud Syah merupakan Sultan Aceh terakhir atau sultan ke-35.

Wakil Imam Masjid Tua Indrapuri, Naimullah, juga menceritakan bahwa konon sebelum dibangun masjid, lokasi tersebut merupakan salah satu pura sekaligus benteng Kerajaan Lamuri.

“Kerajaan Lamuri merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang diyakini pernah berjaya di ujung Pulau Sumatra,” kata dia.

Naim menjelaskan, selama Bulan Ramadan, masyarakat selalu memenuhi saf-saf masjid untuk beribadah, seperti Salat Fardu, Shalat Jumat, hingga Salat Tarawih.

“Kalau di Bulan Puasa ini aktivitas ibadah tetap berjalan sebagaimana biasanya, seperti Salat Fardu, Salat Jumat, dan malamnya tetap ada Salat Tarawih. Tapi aktivitas tadarus tidak ada, karena masyarakat di sini masing-masing melakukan tadarus di gampongnya. Masjid ini berada di bawah empat gampong,” katanya.

Selama pandemi, hampir tidak ada wisatawan luar negeri, khususnya dari Negeri Jiran yang datang ke masjid berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Banda Aceh itu. Mereka kerap melaksanakan ibadah seraya menyaksikan langsung peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh di “Bumi Iskandar Muda” tersebut.

Lihat juga...