Serapan Gabah Petani di Jateng Masih Rendah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

SEMARANG – Panen raya padi di Jateng, yang mencapai lebih dari 1,6 juta ton, ternyata belum diimbangi dengan penyerapan beras di pasaran. Setidaknya  terlihat dari kemampuan Bulog Jateng, hanya mendapat jatah menyerap sebanyak 204.000 ton gabah dari petani.

“Tadi siang dari tinjauan gudang Bulog Banaran Delanggu Klaten, saya cek bagimana serapan gabah petani saat musim panen tiba. Ternyata masih rendah, jika dibandingkan dengan gabah yang sudah dihasilkan,” papar Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo di rumah dinas Puri Gedeh Semarang, Senin (29/3/2021) petang.

Dipaparkan, masih rendahnya penyerapan tersebut karena mekanisme penyerapan dan distribusi beras oleh Bulog, dinilainya belum optimal. Terlebih, ada keterbatasan fungsi Bulog.

“Jadi gabah atau beras dari petani sudah diserap, namun akan terbatas, karena stok yang ada tidak dikeluarkan. Paling keluar rutin dari Bulog hanya bencana atau operasi pasar (OP). Jadi mohon maaf, kalau tidak ada bencana atau harga stabil dan tidak ada operasi pasar, ya hanya disimpan, gudang penuh, akibatnya gabah produksi petani tidak terserap secara optimal,” imbuhnya.

Dirinya pun mengusulkan kepada pemerintah pusat, untuk membuat kebijakan baru dalam upaya penyerapan produksi gabah atau beras dari petani.

“Saya kira, Bulog, bisa diberikan tugas yang lebih banyak seperti dulu lagi. Apalagi sistemnya tidak diubah, sudah pasti serapan Bulog tidak optimal. Dampaknya harga petani pasti rendah karena betul-betul menggunakan mekanisme pasar dan diadu dengan pasar. Jika hal tersebut dibiarkan, maka dipastikan harga gabah atau beras petani di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP),” tegasnya.

Lihat juga...