RPTRA Tanah Merdeka Olah Sampah Jadi Pupuk Kompos

Editor: Koko Triarko

“Cacahan sampah organik dimasukkan dalam ember komposter, lalu campur cairan EM4 untuk mengurai bakteri atau difermentasi, agar sampah itu cepat membusuk. Prosesnya dua bulan, sudah jadi pupuk kompos,” urainya.

Selain itu, dengan cairan EM4 bisa juga proses pembuatan pupuk kompos ini menggunakan gula merah dicampurkan dengan air panas.

“Takarannya, 1/4 gula merah dicampur 1 liter air panas, lalu aduk rata. Selanjutnya, siramkan air gula merah itu ke dalam ember plastik yang berisi cacahan sampah organik, dan aduk rata lagi. Lalu, tutup dengan plastik hitam dan papan kayu. Prosesnya sama, dua bulan jadi kompos,” ungkapnya.

Sekali produksi, menghasilkan 40-50 kilogram pupuk kompos. Sebagian pupuknya dimanfaatkan untuk menyuburkan ragam jenis sayuran dan tanaman produktif yang ada di halaman RPTRA.

“Pupuk komposnya kita gunakan untuk urban farming di sini, hasilnya sayuran dan tanaman produktif lebih subur. Nah, sebagian komposnya kita jual juga ke warga. Sekantong plastik ukuran 10 kilogram kompos itu harganya Rp5.000,” ujar Darko.

Menjual pupuk dengan harga murah, Darko memberi alasan karena sifatnya pembuatan kompos ini adalah untuk memenuhi kebutuhan warga dalam upaya penghijauan lingkungan.

Kan ini kompos basah, warga sangat membutuhkan untuk menyuburkan sayuran dan tamanan di halaman rumahnya. Tentu harganya harus murah, beda dengan kompos kering yang dijual agak mahal,” ujarnya.

Namun untuk saat ini, menurutnya RPTRA belum membuat pupuk kompos kering dan basah. Kemungkinan ke depan proses pembuatan kedua jenis pupuk akan dilakukan.

“Insyaallah kita nanti buat pupuk kompos kering dan cair untuk memenuhi kebutuhan warga dalam program penghijauan lingkungan,” imbuh pria kelahiran 48 tahun ini.

Lihat juga...