Seniman di Semarang Tetap Eksis Lewat Pentas Virtual

Editor: Koko Triarko

“Penyusunan gerak, gending, tembang dan kostum yang multi etnis, seperti Jawa, Cina, Arab, yang berkembang di Kota Semarang,” terangnya.

Diceritakan dalam tari tersebut, Rara Archi adalah istri Dampo Awang, yang juga dikenal sebagai nahkoda kapal Laksamana Cheng Ho. Wanita tersebut dikenal sebagai tabib, ahli pengobatan dan mampu mengusir roh jahat dengan menggunakan selendang.

“Saya berharap, lewat pementasan virtual ini, tetap bisa mengasah kreativitas para seniman, meski pandemi masih terjadi,” tandasnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Indriyasari, saat dihubungi di Semarang, Minggu (28/2/2021).

Dijelaskan, pementasan virtual menjadi pilihan bagi para seniman untuk tetap berkreasi di tengah pandemi.

“Kebijakan ini juga kita terapkan dalam beragam kegiatan seni budaya, yang menjadi agenda Kota Semarang selama pandemi Covid-19,” jelasnya.

Dirinya mencontohkan, dalam waktu dekat ini Kota Semarang memiliki agenda tradisi budaya Sesaji Rewanda. Berupa napak tilas perjalanan Sunan Kalijaga saat mencari kayu jati untuk tiang Masjid Agung Demak, di obyek wisata Gua Kreo, Semarang.

“Dalam tradisi tersebut, juga digelar pementasan drama kolosal, termasuk sesaji berupa aneka hasil bumi, berupa sayur dan buah-buahan, yang diberikan untuk ratusan kera di Gua Kreo. Para kera ini dulu dipercaya turut membantu Sunan Kalijaga dalam menjaga kayu jati yang digunakan untuk tiang masjid Demak,” terangnya.

Namun karena pandemi, pementasan tersebut pun digelar secara virtual, melalui pentas Mahakarya Gua Kreo.

“Ini menjadi solusi kita di tengah pandemi untuk tetap berkreasi, termasuk di bidang seni budaya. Tidak menutup kemungkinan, penerapan pentas seni budaya virtual ini juga akan kita terapkan pada agenda lainnya,” lanjutnya.

Lihat juga...