Melawan ‘Stunting’ dengan Asupan Pangan Lokal

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Upaya pengentasan stunting, sesuai target pemerintah yaitu menurunkan angka stunting hingga 14 persen pada tahun 2024 dari 27,7 persen tahun 2018 dapat dilakukan dengan menjamin asupan nutrisi mikro dan makro, juga memantau tingkat penyerapannya. Salah satu langkahnya, adalah mengedepankan peningkatan nutrisi anak melalui makanan lokal.

Peneliti Utama SEAMED RECFON, Dr. Ir. Umi Fahmida, MSc, menyatakan bahaya stunting bukanlah hanya pada aspek fisik anak saja. Tapi juga pada perkembangan motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional.

Juga berpotensi terpapar infeksi berulang di periode jangka panjang kehidupan anak. Sehingga mengurangi kesempatan anak bermain dan mendapatkan stimulasi atau belajar.

“Jadi penting, kita memahami bahwa stunting itu bisa disebabkan oleh kurangnya asupan, baik secara kuantitas maupun kualitas dan disebabkan oleh kurangnya penyerapan, yang sebenarnya bisa ditangani dengan mengembangkan makanan lokal,” kata Umi dalam seminar online stunting oleh HIMNI yang diikuti Cendana News, Jumat (19/2/2021).

Peneliti Utama SEAMED RECFON, Dr. Ir. Umi Fahmida, MSc, saat menjelaskan pentingnya keragaman makanan dalam mencegah stunting di Indonesia, dalam seminar online stunting oleh HIMNI, Jumat malam (19/2/2021). Foto Ranny Supusepa

Hasil pantauan di 37 kabupaten prioritas stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, ia menyebutkan secara umum anak Indonesia dalam empat kelompok usia mengalami kekurangan umum pada folat, seng, besi. Dan kekurangan khusus, pada kalsium, vitamin C, vitamin B dan vitamin A.

Lihat juga...