Jasa Pengrajin Kayu Dukung Estetika Fasilitas Usaha Pariwisata

Editor: Makmun Hidayat

Hendra bilang estetika homestay atau penginapan akan terlihat dari bahan kayu yang digunakan. Unsur kayu jati, bayur, kelapa, medang, waru dan bambu jadi penambah keindahan. Bahan kayu yang dibuat menjadi balok, papan sebagian diukir atau hanya diberi warna asli kayu memakai pelitur. Konsep tradisional yang dihadirkan menambah kesan suasana pedesaan yang disukai wisatawan.

Penggunaan tangga kayu, meja, kursi hingga jendela kayu sebutnya memiliki unsur hangat. Sebagai fasilitas penginapan sebagian pemilik ingin menggunakan atap ijuk, nipah atau genteng. Estetika fasilitas objek wisata yang dibuat olehnya juga berupa saung kayu, bambu. Setiap saung bisa dibuat dengan sistem paket hingga jadi mulai Rp2juta hingga Rp3juta.

“Fasilitas pendukung objek wisata yang banyak diperlukan berupa saung ikut memberi sumber pekerjaan bagi pengrajin kayu,” terang Hendra.

Hendra bilang menekuni usaha pengrajin kayu jadi peluang yang menjanjikan. Sebab perkembangan sektor pariwisata berimbas pada serapan tenaga kerja tukang kayu. Sekali proses pengerjaan villa, homestay, ia membutuhkan waktu bervariasi. Dua pekan hingga satu bulan diperlukan untuk penyelesaian bangunan bahkan bisa lebih dengan bahan kayu.

Solehan, pengrajin kayu lainnya menyebut memanfaatkan keahlian untuk membuat rumah berkonsep homestay. Memanfaatkan kayu, bambu rumah dijadikan homestay yang menarik. Selain disewakan sebagai penginapan ia juga menjual kerajinan akar kayu. Kerajinan tersebut memanfaatkan akar kayu yang tidak lagi dimanfaatkan lalu dicat dengan pelitur. Sebagian hasil karyanya dijual kepada pengunjung objek wisata.

Lihat juga...