Jamu Cekok Tradisional, Alternatif Menjaga Kesehatan Anak-anak

Editor: Makmun Hidayat

Pemberian jamu cekok dilakukan juga oleh Yeni, salah satu ibu yang memiliki anak balita. Pada saat cuaca hujan daya tahan tubuh anak anak kerap menurun. Alih-alih menggunakan obat buatan pabrik ia memilih memberikan jamu tradisional. Meski menerapkan sistem cekok ia menyebut memilih pemberian jamu tradisional tersebut agar stamina anak meningkat.

“Meski menangis sebentar dan takut oleh rasa pahit namun khasiat bagi kesehatan anak-anak membuat saya memilih untuk memberi jamu cekok,” cetusnya.

Pengalaman diberi jamu cekok diakui Adli, salah satu anak yang telah duduk di bangku SD. Ia mengaku pemberian jamu cekok kerap harus dipegangi oleh orangtuanya. Namun usai meminum jamu cekok kondisi tubuh anak akan hangat. Khasiat yang terasa setelah minum jamu cekok nafsu makan akan bertambah. Kini ia justru menyukai jamu beras kencur yang menghangatkan badan saat penghujan.

Pembuat jamu tradisional, Nurhasanah asal Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan menyebut jamu cekok masih diminati. Pada musim penghujan pedagang jamu keliling itu menyediakan berbagai jenis jamu. Pelanggan kerap menyukai jamu kunyit asam, paitan, jamu pegal linu, beras kencur hingga jamu galian singset. Jamu cekok yang kerap diberikan kepada anak membantu orangtua bisa menjaga kesehatan buah hati.

Pemberian jamu cekok sebut Nurhasanah membutuhkan teknik pendekatan pada anak. Sebelum diberi jamu anak harus digendong oleh orangtua. Anak yang terbiasa mengonsumsi jamu dengan jadwal minimal sepekan atau sebulan sekali berpotensi memiliki daya tahan tubuh lebih baik. Terlebih saat penghujan kondisi udara dingin beras kencur cocok diberikan bagi anak-anak.

Lihat juga...