EBT Ditargetkan Penuhi 20 Persen Pembangkit Listrik Nasional
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) terus berupaya mendorong penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai sumber pembangkit listrik utama di Indonesia. Pasalnya, sektor ketenagalistrikan yang saat ini masih didominasi bahan bakar fosil, merupakan penyumbang terbesar emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
“Kami menargetkan, pada 2024, sebanyak 20 persen pembangkit listrik di Indonesia berasal dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT),” ujar Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika Bappenas, Rachmat Mardiana, dalam Kick Off Workshop Programme Clean, Affordable, Secure Energy untuk Asia Tenggara (CASE SEA) yang diikuti Cendana News, secara virtual, Rabu (3/2/2021).
Untuk memuluskan target tersebut, Bappenas bekerja sama dengan German Federal Ministry for the Environment, Nature Conservation, Building and Nuclear Safety untuk mendukung upaya transisi menuju energi bersih melalui program CASE SEA.
“CASE merupakan agenda regional yang dilaksanakan di Filipina, Thailand, Vietnam, dan Indonesia melalui konsorsium yang terdiri atas Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) di Indonesia, Agora Energiewende, New Climate Institute (NCI), serta Institute for Essential Service (IESR), organisasi masyarakat sipil di Indonesia,” tandas Rachmat.
Pelaksanaan CASE di Indonesia juga bertujuan untuk mengubah narasi arah sektor energi secara substantif, khususnya sektor ketenagalistrikan di Indonesia menuju transisi energi ke arah energi bersih. Berlandaskan pada kebijakan berbasis bukti untuk pemenuhan komitmen Persetujuan Paris (Paris Agreement), yang menanamkan kerangka global untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.