Usaha Kuliner di Lamsel tak Terdampak Kenaikan Harga Daging Sapi
Editor: Makmun Hidayat
Pedagang rawon berbahan daging sapi, Jarnah, di depan Menara Siger, Bakauheni menyebut belum terdampak kenaikan harga daging sapi. Setiap hari ia masih menyediakan sebanyak lima kilogram daging sapi bagian brisket atau sandung lamur. Bagian daging sapi tersebut dibeli seharga Rp135.000 perkilogram. Harga tersebut lebih mahal dibanding sebelumnya hanya Rp120.000.
“Harga daging sapi alami kenaikan namun bisa kembali turun sehingga dampaknya tidak signifikan bagi usaha rawon daging,” urainya.
Jarnah menyebut masih tetap menjual seporsi rawon seharga Rp20.000. Rawon daging sapi dengan bumbu keluwek masih jadi menu utama pada warung miliknya. Pasokan daging sapi berasal dari pasar Bakauheni menurutnya masih cukup lancar. Sebab ia telah menjadi pelanggan tetap yang akan disisihkan bagian daging brisket untuk bahan rawon.
Pedagang daging sapi di Pasar Bakauheni, Juhari, mengaku pengaruh kenaikan daging sapi di Jawa ikut dirasakan di Sumatera. Meski demikian kenaikan tidak terlalu signifikan karena Lampung dikenal sebagai lumbung ternak sapi. Setiap hari ia mengambil sebanyak 200 kilogram daging sapi dan bagian lain dari Rumah Potong Hewan (RPH) Sidomulyo. Daging sapi dan bagian tulang,jeroan dan kulit jadi bahan baku kuliner.
Pelanggan tetap daging sapi dan bagian lain dominan usaha kuliner. Selain warung makan ia memenuhi kebutuhan pedagang bakso, soto dan sate. Kebutuhan setiap usaha kuliner sebutnya tetap bisa dipenuhi. Ia akan menjelaskan ke pelanggan kenaikan harga rata rata Rp5.000 hingga Rp10.000 per kilogram sejak pasokan dari RPH.