Pukis, Kue Tradisional yang Tak Lekang oleh Zaman

Editor: Makmun Hidayat

BOGOR — Siapa yang tidak kenal dengan pukis. Kue manis berbentuk setengah lingkaran ini, memang kerap terlihat diperdagangkan. Bahkan, beberapa pedagang sudah memodifikasi dengan topping yang lebih beragam.

Tapi aslinya, pukis tidak menggunakan topping. Hanya dibedakan warna, yang polos dan warna hijau yang menggunakan pewarna pandan.

Pegiat kuliner Ina Farida menyebutkan sejarah kue pukis sendiri beragam. Dan dirinya belum mengetahui yang mana dari sumber tersebut yang benar-benar asal kue pukis ada di Indonesia.

“Ada yang menyebutkan asalnya dari Banyumas. Ada yang menyebutkan dari Kebumen. Ada yang bilang kalau pukis itu modifikasi dari waffle Belanda. Ada juga yang menyebutkan itu makanan China. Jadi masih agak bingung juga. Tapi yang pasti, pukis sudah lama dikenal di Indonesia sebagai panganan manis pendamping teh atau kopi,” kata Ina saat dihubungi Cendana News, Sabtu (23/1/2021).

Pegiat kuliner, Ina Farida saat dihubungi, Sabtu (9/1/2021). -Foto Ranny Supusepa

Ia menyebutkan pukis banyak menjadi pilihan karena cara membuatnya tidak susah.

“Kalau untuk dagang, modalnya gak besar. Proses membikinnya juga tidak lama. Dan pembeli bisa menunggu saat penjual membuatnya. Jadi pembeli bisa mendapatkan kue dalam kondisi hangat,” ucapnya.

Saat matang, kue pukis biasanya diberi topping meses atau keju.

“Kalau sekarang, banyak juga yang sudah memodifikasi dengan topping yang lebih beragam. Bahkan warna pukis sendiri juga sudah banyak variasinya,” ungkapnya.

Hendra pedagang kue pukis di Pasar Gandoang Cileungsi menyebutkan penjualannya setiap hari cukup lumayan.

Lihat juga...