Tantangan Pariwisata Indonesia di Masa Pandemi

JAKARTA  – Dunia pariwisata Indonesia seolah sedang mati suri sepanjang pandemi COVID-19.

Saat pandemi menghantam Maret 2020, Traveloka mencatat turis mancanegara yang datang ke Indonesia tercatat turun sampai 65 persen yang berdampak kepada penutupan setidaknya lebih dari 2.000an hotel dan lebih dari 8.000 restoran.

Sementara platform Pegipegi juga mengalami keterpurukan namun mereka mencatat mulai ada pemulihan hingga 60 persen di akhir 2020.

Ada penurunan pendapatan sektor pariwisata sekira Rp59,1 triliun sampai Rp86 triliun.

Khusus di platform pemesanan tiket pesawat dan hotel Traveloka, terjadi jumlah penurunan pengguna hingga 70 persen. Permintaan pengembalian dana pun melonjak hingga ribuan per menitnya.

Jika keadaan ini terus berlanjut, bisa saja sektor pariwisata Indonesia tidak akan pernah bangun dari tidurnya.

Apalagi, sektor pariwisata selama ini memiliki kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB), sekira 5,5 persen dari total Rp280 triliun PDB.

Di sisi lain, sektor pariwisata menyerap hingga 10 persen angkatan kerja dari 12,7 juta angkatan kerja.

Optimisme
Tak ingin berlama-lama larut dalam tidur panjang, pemerintah segera ambil tindakan. Sekira bulan Juli 2020, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menerbitkan buku panduan protokol kesehatan di bidang hotel dan restoran guna memberikan jaminan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan yang tinggi terhadap wisatawan.

Pemerintah bahkan mengganti Menparekraf Wishnutama Kusubandio dan menugaskan Sandiaga Uno yang langsung tancap gas dengan slogan-slogan program kerjanya.

“Pariwisata menjadi sektor paling terdampak wabah pandemi COVID-19, makanya kita harus gercep, geber dan gaspol, tak ada jalan lain selain ikut upaya penerapan CHSE atau K4 dalam setiap aspek wisata ekonomi parekraf,” kata Sandiaga.

Lihat juga...