Rekristalisasi Bisa Jadi Solusi Daur Ulang Sampah Medis
JAKARTA — Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan metode rekristalisasi yang dapat menjadi solusi daur ulang sampah medis infeksius.
“Semenjak masa pandemi, penggunaan masker medis pada masyarakat umum semakin meningkat, sehingga perlu antisipasi terhadap limbah masker medis,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (16/1/2021).
Di tengah upaya memerangi pandemi COVID-19, masyarakat kini dihadapkan pada permasalahan baru, yaitu isu pencemaran lingkungan akibat meningkatnya sampah medis penanganan penyakit tersebut.
Selama pandemi, plastik banyak digunakan sebagai bahan baku APD (alat pelindung diri) berupa masker kesehatan, tutup kepala, sarung tangan dan sebagainya.
Hal itu menyebabkan peningkatan sampah plastik di lingkungan yang berpotensi meningkatkan mikroplastik di perairan dan laut.
Agus menyebut saat ini Pusat Penelitian Kimia LIPI telah mengembangkan berbagai metode untuk mendaur ulang masker medis, dengan metode kristalisasi.
“Metode ini terbilang mudah diterapkan untuk berbagai jenis plastik bahan baku APD seperti polipropilena, polietilena, polistirena, maupun polivinil klorida. Kualitas produk hasil daur ulang terjamin tetap tinggi, karena tidak terdegradasi oleh pemanasan,” ujar Agus.
Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Sunit Suhendra mengungkapkan, bahan sampah medis yang sangat ringan karena mengandung lebih dari satu bahan plastik atau polimer sulit didaur ulang ,dengan minimnya metode daur ulang yang ada.
Menurut dia, metode pengolahan sampah plastik yang ada selama ini meliputi pembakaran daur ulang dengan cara pelelehan kembali untuk membentuk granula atau pelet.