Pendekatan Sosial Ekologis Penting dalam Pembangunan Tanggul

JAKARTA — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan pembangunan tanggul perlu memperhatikan aspek perubahan iklim dan aspek sosial ekologis seperti dampak aktivitas manusia termasuk kegiatan pembangunan dan urbanisasi untuk mengoptimalkan upaya mitigasi bencana banjir.

“Tidak semata tanggulnya saja, artinya perbaikannya tidak hanya pada konstruksinya saja tetapi juga sistem sosial dan lingkungan di sekitarnya,” kata peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Gusti Ayu Surtiari, Jakarta, Rabu.

Gusti menuturkan pembangunan tanggul saat ini tidak lagi bisa disamakan dengan pembangunan dalam kondisi normal, karena adanya tantangan perubahan iklim yang harus di hadapi seperti cuaca ekstrem yang berakibat pada meningkatnya intensitas curah hujan, serta aktivitas manusia yang semakin menekan lingkungan.

Pembangunan tanggul harus sudah mempertimbangkan kenaikan atau kecenderungan meningkatnya limpasan air permukaan akibat dua faktor, yakni limpasan air yang tidak lagi dapat dianggap normal di saat cuaca ekstrem dan daya dukung lingkungan yang menurun, dan dampak dari aktivitas penduduk.

Salah satu dampak dari cuaca ekstrem yaitu meningkatnya curah hujan yang juga merupakan satu dari banyak dampak perubahan iklim.

Untuk itu, strategi dalam membangun infrastruktur untuk adaptasi bencana banjir, harus mempertimbangkan potensi dampak ekstrem tersebut, dan diikuti dengan peningkatan kontrol pada kegiatan-kegiatan manusia yang cenderung sudah mengurangi aspek keberlanjutan lingkungan.

Kemudian, yang harus diperhatikan juga adalah tidak melulu berkonsentrasi pada perbaikan atau konstruksi tanggul, tetapi pada sistem sosial dan lingkungan di sekitarnya.

Lihat juga...