Penelitian Terintegrasi Sokong Kebijakan Tepat Konservasi Hiu dan Pari

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Penelitian berbasis data akurat dan terintegrasi diharapkan mampu menghasilkan langkah kebijakan paling tepat untuk konservasi hiu dan pari di Indonesia. 

Peneliti Senior Hiu dan Pari, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fahmi menyatakan penelitian, baik berbasis sains dasar, edukasi terapan dan diseminasi yang merupakan gabungan dari penelitian sains dasar dan edukasi terapan untuk menghasilkan bahan dengan bahasa umum untuk dapat dimengerti oleh publik, akan membantu menyelesaikan isu penting seputar hiu dan pari.

“Penelitian ini akan menjadi bagian dalam mengedukasi masyarakat terkait hiu dan pari. Misalnya, apa efek dari memakan sup sirip hiu atau untuk menentukan mana hiu yang masuk langka atau malah memasuki zona punah. Kaitannya nanti dengan kebijakan terkait hiu dan pari,” kata Fahmi dalam Simposium Hiu dan Pari Indonesia ke-3 yang diselenggarakan secara online, Rabu (7/4/2021).

Peneliti Senior Hiu dan Pari,  LIPI, Fahmi, dalam Simposium Hiu dan Pari di Indonesia ke-3, Rabu (7/4/2021). -Foto Ranny Supusepa

Ia memaparkan bahwa Indonesia yang masuk dalam wilayah Indo Pasifik, diyakini sebagai pusat keanekaragaman Chondrichthyes (ikan bertulang rawan).

“Salah satunya adalah elasmobranchii yang berjumlah sekitar 245 jenis, yang 41 persennya adalah jenis hiu. Diperkirakan di Indonesia ada sekitar 118 jenis ikan hiu dan pari, yang tersebar dari air tawar hingga laut dalam, dengan ukuran tubuh bervariasi dari 16 cm hingga 20 meter,” ujarnya.

Untuk hiu endemik, tercatat squalus hemipinnis di Selat Bali, Lombok dan Jawa, apristurus sibogae di Selat Makassar, squatina legnota di selatan Lombok dan Jawa, atelomycterus baliensis di selatan Bali dan Jawa serta mustelus widodoi di selatan Bali dan Jawa.

Lihat juga...