Refleksi Pembelajaran di Tengah Pandemi
Bagaimana mungkin, sementara wabah virus corona telah meluas hingga 34 provinsi, bahkan virus di 510 kabupaten dan kota di Indonesia? Dimana itu?
Di luar Kota Batam, sebanyak 102 sekolah mulai melaksanakan sistem pembelajaran tatap muka di kelas pada 4 Januari 2021. Hampir delapan bulan murid di sekolah-sekolah itu belajar secara daring.
Namun sekolah-sekolah itu berada di pulau-pulau. Meski pulau-pulau itu sebagai penyangga Kota Batam, Kepulauan Riau, tetapi tetap saja di luar perkotaan.
Dari perkotaan, butuh waktu untuk bisa sampai ke lokasi dengan menyeberangi laut. Bahkan pulau-pulau itu berada di perbatasan antarnegara, seperti Singapura.
Daerah kepulauan itu lazim disebut 3T, yakni terluar, terdepan dan tertinggal. Di daerah 3T, tampaknya hiruk-pikuk wabah ini tak seheboh di perkotaan.
Pembukaan sekolah dilakukan karena kendala dalam pembelajaran secara daring. Kendala itu ada di kalangan orang tua dalam mengakses jaringan telekomunikasi dan kemampuan ekonomi.
Yang utama dari pembukaan sekolah adalah wilayahnya zona hijau dan kuning. Zona hijau ditandai dengan tidak adanya kasus dan zona kuning untuk wilayah dengan kasus COVID-19 yang sedikit sekali.
Persyaratan itu mutlak dan dilakukan pengawasan yang ketat. Selanjutnya dilakukan evaluasi atas penerapan protokol kesehatan oleh pihak terkait.
Artinya, tidak sembarangan bisa dilakukan pembukaan sekolah karena terlebih dahulu harus dilakukan pengecekan dan penilaian oleh pihak-pihak terkait. Kemudian adanya pengawasan dan evaluasi secara rutin.
Berdasarkan SKB empat menteri, hal itu bisa dilakukan tetapi tidak untuk wilayah atau daerah yang masih zona merah. Untuk murid dan orang tua di zona merah tentu masih harus memperpanjang kesabarannya menjalani pembelajaran secara daring atau tatap layar.