Lestarikan Lingkungan, Integrasikan Budi Daya Lebah Madu dan Tanaman Produktif

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Pelestarian lingkungan terintegrasi dengan budi daya lebah madu jadi cara warga kaki Gunung Rajabasa memaksimalkan hasil hutan.

Rohmat, warga Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan menyebut, warga tetap menjaga hutan tanpa merusaknya. Memelihara lebah juga jadi cara pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

Pemanfaatan HHBK sebut Rohmat, sudah dilakukan sejak puluhan tahun silam. Kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem pegunungan membuat kelestarian pohon tetap terjaga.

Sebagian pohon produktif yang dipertahankan merupakan sumber peresapan air, sumber pakan alami satwa liar, pakan lebah madu hasil budi daya. Selain di kawasan kaki gunung, tanaman terjaga di kawasan pantai.

Jenis pohon yang tetap dilestarikan tanpa ditebang meliputi damar mata kucing, kemiri, durian, petai, alpukat. Sebagian masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Pengelola Hutan (KPH) Karya Bhakti ikut menjadi mitra Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Unit XIII Gunung Rajabasa-Way Pisang-Batu Serampok. Kemitraan tersebut mendorong warga sekitar hutan tidak melakukan perusakan dan penebangan pohon.

“Budi daya lebah madu jadi usaha sekaligus produk turunan karena penghasil HHBK selain gubal damar dan buah yang bisa dipanen, tanpa melakukan proses penebangan pohon produktif. Ikut melestarikan tanaman kayu keras yang berfungsi menjaga kelestarian sumber air bersih di kaki Gunung Rajabasa,” terang Rohmat, saat ditemui Cendana News, Rabu (6/1/2021).

Rohmat bilang, warga dilatih oleh KPH Karya Bhakti untuk mengelola produk berbasis hutan. Namun pengelolaan hutan yang ada di kawasan register tidak boleh merusak.

Lihat juga...