Lestarikan Lingkungan, Integrasikan Budi Daya Lebah Madu dan Tanaman Produktif

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Potensi tersebut dikembangkan melalui kelompok dengan menjadikan satu kawasan untuk budi daya lebah madu. Peran desa dan KPH sebutnya, ikut mendorong warga mendapat penghasilan dari HHBK.

Selain di kawasan kaki Gunung Rajabasa, potensi untuk melestarikan lingkungan dilakukan pada pesisir pantai. Bentang alam pegunungan, perbukitan dan pantai hingga pulau, jadi kekayaan Desa Totoharjo. Sebagai upaya pelestarian, sebagian tanaman dijaga pada pesisir pantai, sekaligus penghasil bunga. Jenis tanaman yang dipertahankan berupa mahoni, waru laut, pedada, akasia.

“Selain sebagai penjaga abrasi pantai, sejumlah tanaman jadi sumber pakan lebah penghasil madu. Jadi kelestarian lingkungan terjaga,” bebernya.

Yanto Guntara, anggota KPH Karya Bhakti menyebut, ia mengembangkan puluhan kotak lebah madu. Jenis lebah madu glodok dan klanceng dikembangkan memakai stove atau kotak.

Peternak lebah madu, Yanto Guntara, di Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan memperlihatkan kotak untuk budi daya kepada warga, Rabu (6/1/2021) – Foto: Henk Widi

Puluhan stove lebah madu akan menghasilkan lebah madu, bipolen serta produk turunan berupa malam dan lilin. Lebah akan digembalakan pada kawasan hutan dan kebun saat musim pembungaan.

Musim tanaman berbunga pada bulan Desember hingga Januari merata pada semua jenis tanaman. Akasia, wungu, kaliandra dan tanaman jagung milik petani jadi sumber pakan alami bagi lebah madu.

Di kawasan hutan dan pantai sebagian pohon yang berbunga menghasilkan nektar. Setelah berbunga sebagai pakan lebah, warga bisa memanen buah produktif jenis durian, petai, jengkol dan buah lain.

Lihat juga...