Pandemi Corona, Usaha Jasa Jahit di Lamsel Tetap Bertahan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Suara mesin jahit manual yang digerakkan dengan injakan pedal terdengar berisik saat Ponijan menyelesaikan satu stel baju.
Lelaki yang membuka usaha jahit di Lampung Selatan (Lamsel) itu mengaku, sepanjang tahun 2020 ia mengalami kelesuan usaha. Normalnya ia mengandalkan tahun ajaran baru sekolah, lebaran Idulfitri dan acara khusus untuk pembuatan baju baru.
Menurut dia, permintaan pembuatan baju baru, seragam sekolah dan perbaikan baju menurun hingga 60 persen. Semenjak kegiatan belajar mengajar (KBM) sekolah dilakukan dalam jaringan jasa jahit miliknya sepi order.
Sejumlah guru dan siswa yang akan membuat seragam berkurang semenjak pandemi Covid-19. Ia bisa mendapat omzet hingga Rp3 juta namun kini anjlok menjadi Rp1 juta per bulan.
Omzet yang anjlok dipengaruhi oleh permintaan pesanan jasa jahit skala besar. Sepanjang tahun ini Ponijan masih tetap menerima order dari sebagian warga. Konsumen di antaranya warga yang akan melakukan pesta pernikahan dengan membuat stelan jas, baju batik dan celana. Sebagian aparatur sipil negara (ASN) yang akan mengganti seragam.
“Kebutuhan akan pakaian seragam yang berkurang ikut mempengaruhi jumlah stok bahan baku kain, sekaligus permintaan dari konsumen anjlok. Hanya pembuatan baju, mengecilkan ukuran baju serta celana atau vermak dari warga yang membeli pakaian jadi tetap saya layani,” terang Ponijan saat ditemui Cendana News, Selasa (29/12/2020).
Acara pernikahan yang sudah boleh digelar dengan protokol kesehatan ikut mendongkrak order pembuatan baju. Pelanggan dominan telah membawa bahan baku berupa kain batik dan kain bermotif lain untuk dibuat menjadi baju.