Masih Kemarau, Petani di Lamsel Maksimalkan Budidaya Timun Benih
Editor: Makmun Hidayat
Selain tipe 24 varietas timun benih yang ditanam sebutnya berupa tipe 27. Menyesuaikan penanganan,tingkat kesuburan tanah serta perawatan ia bisa mendapatkan hasil 19,6 kilogram. Harga benih tipe 24 sebutnya dalam kondisi kering dan kualitas sempurna dihargai Rp420.000 per kilogram. Sementara jenis atau tipe 27 harga yang ditetapkan bisa mencapai Rp675.000 perkilogram. Pada tipe 27 ia memanen sekitar 8 kilogram benih.
“Hasilnya hanya sekitar belasan kilogram tapi timun mentah yang dipanen bisa mencapai belasan kuintal karena hanya diambil bijinya,” beber Jayusman.
Penanaman timun benih sebutnya masih belum familiar bagi petani. Namun berkat program kemitraan petani bersedia memanfaatkan lahan. Sistem penanaman yang mudah, permodalan sekaligus pendampingan dilakukan dari perusahaan benih. Pada tipe 24 Jayusman mendapat hasil Rp8juta dan tipe 27 mendapat hasil Rp5,4juta. Dipotong biaya produksi dan operasional ia masih bisa mendapat hasil Rp9juta.
Sistem kemitraan sebutnya menguntungkan petani. Sebab pada kondisi normal petani yang kesulitan modal kala kemarau memilih tidak memanfaatkan lahan. Namun bantuan fasilitas benih,peralatan budidaya,paska panen hingga kepastian penyerapan hasil panen memberi peluang bagi petani timun benih. Selain timun benih petani juga mulai menjajaki sayuran benih lain diantaranya terong, pare.
“Memaksimalkan lahan saat kemarau dengan menanam timun benih masih memberi hasil menjanjikan,” bebernya.
Petani lain bernama Sukirman menyebut rotasi tanaman semula dari padi ke timun benih cukup bermanfaat. Sebab sebelumnya saat menanam padi serangan hama walang sangit,burung dan wereng jadi kendala. Kerugian yang dialami saat menanam padi bisa tertutupi dengan budidaya timun benih. Memanfaatkan lahan setengah hektare ia menanam cabai caplak dan timun benih.