Harga Kopi di Level Petani Lamsel, Rendah
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Permintaan kopi bubuk yang meningkat untuk minuman belum mendongkrak harga pada level petani.
Zainal Abidin, petani kopi di Desa Rawi, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) menyebut, harga biji kopi (coffee bean) hanya mencapai Rp17.500 per kilogram. Sebelumnya harga kopi pada level petani bisa mencapai Rp23.000 hingga Rp25.000 per kilogram.
Penurunan harga kopi sebut Zainal Abidin, dipicu melimpahnya hasil panen dari petani di sejumlah wilayah. Ia menyebut kopi dominan ditanam petani pada wilayah perbukitan di kaki gunung.
Pada wilayah Lampung Selatan petani menanam kopi di wilayah kaki gunung Rajabasa dengan sistem tumpang sari. Masa berbuah setiap tahun membuat petani beralih ke tanaman lain.
Memiliki ratusan tanaman kopi, Zainal Abidin menyebut, bisa menghasilkan rata-rata puluhan kuintal kopi basah. Setelah dibersihkan, dikeringkan dengan proses penjemuran, bisa dihasilkan ratusan kilogram kopi.
Terakhir ia bisa mendapatkan sekitar 250 kilogram biji kopi kering. Menjual kopi sebanyak 150 kilogram seharga Rp17.500 ia bisa mendapat Rp2,6 juta. Sebagian biji kopi digiling untuk dijual dalam kemasan.
“Bubuk kopi yang saya giling memakai alat tradisional tanpa campuran sehingga kerap diminati oleh para konsumen untuk oleh-oleh, saya jual dengan konsep drive thru sehingga konsumen bisa mampir sekaligus menikmati seduhan kopi yang langsung diperoleh dari hasil panen,” terang Zainal Abidin saat ditemui Cendana News, Senin (9/11/2020).
Munculnya tren minum kopi dengan menjamurnya kafe penjualan olahan kopi belum mampu mendongkrak harga penjualan. Sebagai cara peningkatan nilai jual kopi sebagian petani memilih melakukan pengolahan.