Distribusi Hasil Pertanian di Lamsel Terkendala Kerusakan Jalan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Salah satu kerugian yang saya alami dengan mengeluarkan biaya ekstra karena distribusi harus dilakukan berulang kali,” bebernya.
Distribusi hasil pertanian selama satu kali dengan kendaraan truk berisiko muatan berlebih. Tonase berlebih kerap berimbas kerusakan pada bagian kendaraan yang akan mengakibatkan biaya operasional bertambah. Selain distribusi hasil pertanian pengangkutan alat dos dan pekerja alat dos berimbas potensi kerusakan kendaraan.
Pada kondisi normal kendaraan truk yang digunakan untuk pengangkutan hasil pertanian bisa mengangkut sekitar 15 ton gabah kering panen (GKP). Namun imbas akses jalan yang rusak didominasi jalan berlobang dan bergelombang mengakibatkan kendaraan truk pengangkut hanya bisa mengangkut sekitar 10 ton.
“Selain risiko kerusakan bagian kendaraan, waktu tempuh proses distribusi hasil pertanian butuh waktu lebih lama,” cetus Suwarna.
Pelaku usaha jual beli hasil pertanian lain bernama Sobri mengaku, ia harus menerima kerugian lebih akibat kerusakan jalan. Kendaraan distribusi hasil pertanian yang semula bisa masuk ke wilayah Kecamatan Ketapang menolak masuk. Sebab akses jalan yang rusak berisiko menimbulkan kerusakan pada kendaraan.
“Kami akhirnya memanfaatkan jasa ojek motor untuk mengumpulkan komoditas pertanian di tepi Jalan Lintas Sumatera, jadi biaya membengkak,” bebernya.