Hari Tani dan Sukses Pembangunan Pertanian Era Soeharto
Atas prestasi ini pula, Food Agricultural Organization (FAO) mengundang Pak Harto untuk tampil di forum internasional di Roma-Italia untuk memaparkan kisah suksesnya di bidang pembangun pertanian mewakili negara-negara sedang berkembang. Lebih dari itu, pada Juli 1986 Pak Harto mendapat penghargaan medali emas FAO atas keberhasilan Indonesia mencapai swasembada beras.
Pada saat itu penghargaan yang diterima oleh Presiden Soeharto langsung tersebut, merupakan suatu kebanggaan bagi Indonesia. “Penghargaan ini untuk para petani Indonesia, karena merekalah yang telah bekerja keras,” begitulah sepenggal pidato Pak Harto pada sidang FAO 1985 di Roma yang diingat betul Sjarifudin Baharsjah, dalam buku Pak Harto: The Untold Stories (2012).
Presiden Soeharto, kata Sjarifudin adalah satu-satunya kepala negara yang mengajak para petani mengikuti sidang tersebut. Sekira 15 petani dari berbagai daerah diajak Pak Harto untuk berbicara mengenai pembangunan pertanian di Indonesia. “Peristiwa tersebut sungguh luar biasa, karena petani dilibatkan langsung dalam sidang FAO,” ujar Menteri Pertanian Kabinet Pembangunan masa bakti 1993-1998 itu.
Menurut pria kelahiran Cirebon, 16 Mei 1933 itu, melalui program intensifikasi pertanian, Indonesia yang semula menjadi pengimpor beras terbesar, berhasil melakukan swasembada beras. Bahkan menjadi pengekspor beras di 1985.
Sjarifudin menyebut, keberhasilan tersebut tak lepas dari perumusan kebijakan pembangunan pertanian Pak Harto. Prosesnya melibatkan para insinyur dari IPB untuk turun langsung membimbing petani. Di samping itu pemerintah juga membangun irigasi, memberikan bantuan pupuk dan bibit yang berkualitas. Dari gerakan tersebut muncullah program Pembinaan Masyarakat (Bimas). Dampaknya yang didapatkan luar biasa, produksi padi di masyarakat meningkat tajam.