Hari Tani dan Sukses Pembangunan Pertanian Era Soeharto

Presiden Soeharto tak berhenti sebatas membuat keputusan politik, tulis Mahpudi, Pak Harto juga terjun langsung memastikan keputusan itu berbuah kebijakan dan kerja nyata hingga di tingkat petani.

“Pak Harto mendorong para petani untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya beras. Hal itu dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Namun karena perluasan lahan membutuhkan dana yang besar maka intensifikasi lebih diutamakan. Caranya dengan menaikkan produktivitas dan produksi pada pada lahan yang telah ada,” sebutnya.

Dalam kerangka inilah, tandas Mahpudi, Pak Harto memotivasi petani untuk menerapkan teknologi Panca Usaha Tani, yang sesungguhnya merupakan local wisdom dari masyarakat pedesaan sejak dahulu kala.

Pak Harto mengenang upayanya sebagai berikut: “Tatkala gerakan pembangunan pertanian kita lancarkan, pada waktu itu para petani kita umumnya sangat miskin, ditambah pengetahuan yang rendah dan lahan yang sempit. Mereka bukan hanya tidak mampu membeli bibit unggul, tetapi juga tidak mampu membeli pupuk dan membeli obat hama. Cara bertani yang tradisional, ditambah dengan kemiskinan mengakibatkan cara mereka bercocok tanam sama sekali tidak memberi peluang bagi peningkatan produktivitas. Karena itu kita memutuskan kebijaksanaan nasional yang menyeluruh dan terkendali, dengan tetap membuka inisiatif dan tanggung jawab petani sendiri.”

Hasilnya, ungkap Mahpudi, jika di tahun 1969 ketika Pak Harto memulai kepemimpinannya sebagai Presiden RI produksi beras hanya mencapai 12,2 juta ton setahun, maka pada tahun 1984 Indonesia telah mencapai produksi beras lebih dari 25,8 juta ton setahun. Sebuah kondisi yang membuat Indonesia berhasil mewujudkan swasembada pangan, utamanya beras sebagai makanan pokok yang utama dari bangsa Indonesia.

Lihat juga...