Sikka Terapkan Program ‘Rumah Pemulihan Stunting’
Editor: Koko Triarko
“Petugas kesehatan memantau berat badannya, sementara tinggi badannya setiap 3 bulan dan 6 bulan akan diukur untuk mengetahui perkembangannya. Awalnya, anak-anak susah makan, namun setelah memasuki bulan ke dua, pola makan anak-anak mulai membaik,” ungkapnya.
Menurut Petrus, ibu hamil juga menjadi prioritas pemantauan, karena dari data yang dimiliki banyak ibu hamil berpotensi besar mengalami kekurangan energi, sehingga akan berdampak kepada bayi di dalam kandungannya.
Mantan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Bernadetha Maria Koltidis Gandut, SKM., mengemukakan pada 2019 terdapat 5.601 anak di Kabupaten Sikka menderitaa stunting.
Anak stunting ini ada di 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Sikka. Tiga kecamatan dengan angka stunting tertinggi, yakni Kecamatan Tanawao, Waiblama dan Talibura.
“Masalah utama stunting di Sikka, yakni masalah air bersih dan pemanfaatan jamban keluarga. Masih banyak warga yang Buang Air Besar (BAB) sembarangan, selain juga pola asuh anak dan pemberian makan,” ungkapnya.
Bernadeta menyarankan, agar bayi yang berumur di atas 6 bulan harus diberi makan 5 kali sehari, yang terdiri dari 3 kali makan utama dan 2 kali makan ringan.
“Tetapi akibat kesibukan orang tua, pemberian makan hanya dilakukan 2 kali dalam sehari. Selain itu, porsi gizi dan jenis makanan yang diberikan masih sangat kurang memenuhi kebutuhan gizi anak,” pungkasnya.