IDEAS Prediksi Relaksasi Defisit 3 Persen Hingga 2023
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memprediksi relaksasi defisit di atas 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) berpotensi berlanjut hingga melebihi tahun 2023.
Peneliti IDEAS, Siti Nur Rosifah mengatakan, dengan alasan penanggulangan pandemi Covid-19 dikukuhkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanda Negara (RAPBN) 2021, defisit anggaran diizinkan menembus batas 3 persen dari Produk Domestik Bruto (APB).
“Dari rata-rata 2,3 persen dari PDB pada 2016-2019, menjadi 5,9 persen dari PDB pada 2020-2021,” ujar Nur, pada diskusi hasil riset #IDEASTalks bertajuk ‘Pandemi, Resesi dan RAPBN 2021’, secara webinar di Jakarta, Kamis (27/8/2020).
Melihat erosi fiskal yang signifikan ini menurutnya, sangat mengkhawatirkan karena konsolidasi fiskal ke depan hanya bertumpu pada kenaikan penerimaan. Sehingga IDEAS memprediksi relaksasi defisit diatas 3 persen dari PDB berpotensi berlanjut hingga melebihi 2023.
“Tanpa pandemi saja, kinerja penerimaan perpajakan (tax ratio) kita relatif rendah, rata-rata 10,1 persen dari PDB pada 2016-2019. Pasca Covid-19, kapasitas fiskal diproyeksikan jatuh drastis, hanya 8,5 persen dari PDB pada 2020-2021,” papar Nur.
Dia memperkirakan ketika RAPBN 2021 membuat asumsi pertumbuhan ekonomi yang ambisius, di kisaran 5 persen, target tax ratio hanya 8,39 persen, bahkan lebih rendah dari target 2020 di 8,57 persen dengan outlook pertumbuhan kontraksi 1 persen.
“Maka konsolidasi fiskal menuju defisit 3 persen dari PDB pada 2023, sebagaimana amanat UU No. 2/2020, menjadi sulit dicapai,” tukasnya
Karena menurutnya, di sisi pengeluaran, belanja birokrasi (belanja pegawai dan barang) yang mendominasi belanja pemerintah pusat, tidak banyak berubah ketika pandemi menerpa.