IDEAS: 48 Juta Usaha Ultra Mikro Terpuruk
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono, mengatakan, dari 63,4 juta usaha mikro tercatat sekitar 48 juta adalah usaha ultra mikro yang ekonominya terdampak dengan menurunnya permintaan pasar.
“Meski beroperasi dengan jam kerja rerata 11 jam per hari, tapi omzet pelaku usaha ultra mikro turun drastis di angka 40 persen,” ujar Yusuf kepada Cendana News, saat dihubungi Selasa (19/1/2021).
Lamanya jam operasi tersebut dilakukan mereka, bertujuan untuk menyambung hidup di tengah badai Covid-19. Bahkan kata Yusuf, tidak hanya jam kerja yang panjang, IDEAS dalam penelitiannya menemukan fakta bahwa pelaku usaha ini harus bekerja setiap hari.
Sehingga jam operasional mereka untuk mengais rejeki jauh di atas jam normal. Pelaku usaha ultra mikro ini adalah pedagang dengan kriteria usaha tanpa pegawai, tanpa lokasi usaha, tidak berkendaraan, juga bukan distributor usaha besar.
Keuntungan harian mereka di bawah Rp 100 ribu. Namun sejak pandemi Covid-19 melanda pendapatannya menurun drastis hingga 40 persen.
“Agar bisa bertahan hidup, mereka itu nggak pernah mikirin kemewahan, ya. Di tengah guncangan Covid-19, mereka semangat berdagang,” tukasnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, penelitian IDEAS mencatat, tingkat kesejahteraan keluarga usaha ultra mikro sangat rendah. Yakni sebesar 81,5 persen, mereka tinggal di rumah kontrakan, dan 58,0 persen di antara mereka itu memiliki utang.
Sehingga kata Yusuf, terpukulnya pelaku usaha ultra mikro membuat mereka mengalami disrupsi usaha, omzet menurun, krisis likuiditas, hingga penutupan usaha secara permanen dilakukan.