‘New Normal’ di Papua Barat Perlu Banyak Tenaga Pendidik
MANOKWARI – Penerapan tatanan normal baru pada bidang pendidikan di wilayah Provinsi Papua Barat membutuhkan lebih banyak tenaga pendidik yaitu guru.
“Kita belum menerima surat edaran terkait penerapan new normal dari Kementerian Pendidikan, tapi secara pribadi saya sudah memiliki konsep tentang bagaimana aktivitas pendidikan kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan,” ucap Kepala Dinas Pendidikan Papua Barat, Barnabas Dowansiba di Manokwari, Jumat.
Ia menjelaskan, jika aktivitas pendidikan dibuka kembali harus menerapkan sistem sif bagi siswa untuk masuk sekolah. Itu dilakukan agar mudah dalam mengatur jarak duduk siswa di dalam kelas.
“Kita sif, misalnya dalam satu hari cukup satu kelas yang masuk. Besoknya yang lain lagi masuk sehingga ruang kelas tidak penuh dan pengaturan jarak duduk yang aman bisa diterapkan,” kata Dowansiba.
Ia mengungkapkan bahwa cara ini mengisyaratkan jumlah tenaga pengajar yang lebih banyak. Di sisi lain jumlah guru di provinsi masih terbatas.
“Kalau kita laksanakan ini maka jam kerja guru akan lebih banyak. Pertanyaanya, kira-kira mereka mampu atau tidak. Ini harus menjadi pertimbangan karena kita juga harus mempertimbangkan kesehatan guru,” katanya lagi.
Jika aktivitas pendidikan harus dibuka, menurutnya hanya cara ini yang dapat diterapkan agar siswa dapat menerapkan protokol kesehatan selama di sekolah.
Untuk kegiatan belajar dari rumah menggunakan sistem dalam jaringan (daring/online) pihaknya pun masih menemui kendala.
“Untuk belajar online berarti siswa minimal harus punya handphone dan bisa membeli paket data. Sedangkan masih banyak warga kita yang kurang mampu, tidak semua punya handphone dan belum tentu bisa membeli paket data untuk anaknya,” katanya lagi.