LAMPUNG – Harga komoditas cabai merah di level petani Lampung Selatan terus anjlok, usai lebaran Idulfitri 1441 Hijriah. Imbasnya petani penanam komoditas bumbu dapur itu merugi puluhan juta.
Novita Indarwati, petani yang mengelola usaha budi daya cabai merah besar menyebut, semester ke dua tahun ini harga anjlok terparah. Sempat mencapai Rp30.000, cabai merah di level petani terjun bebas di angka Rp5.000 per kilogram.
Novita Indarwati yang ikut mengelola lahan milik keluarganya, menyebut biaya operasional tidak tertutupi imbas harga rendah. Normalnya petani masih bisa menutupi biaya bibit, pengolahan lahan, perawatan, pemetikan saat harga jual mencapai Rp15.000 per kilogram. Imbas harga anjlok saat masa pemetikan ke tiga, ia merugi hingga 50 persen dengan nilai puluhan juta rupiah.
Pada kondisi normal dengan harga Rp10.000 per kilogram saja, per kuintal diperoleh hasil Rp2juta. Namun anjloknya harga hingga separuhnya, ia hanya mendapatkan hasil Rp1juta, jika menjual satu kuintal cabai merah. Anjloknya harga cabai diakuinya faktor pasokan dari distributor asal pulau Jawa ke sejumlah pasar di Sumatra.
“Harga cabai yang merosot paling parah sejak tiga tahun terakhir, terlebih saat ini masa pandemi Corona, petani cabai sangat terdampak karena harga jual tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan,” terang Novita Indarwati, saat ditemui Cendana News, Rabu (3/6/2020).
Pada lahan seluas tiga perempat hektare di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, ia menanam sekitar 1.200 batang. Sekali proses panen, ia bisa mendapatkan hasil sekitar tiga hingga lima kuintal menyesuaikan tingkat kematangan buah. Pemetikan dilakukan saat ada pesanan dari pengepul yang akan menjual ke sejumlah pasar tradisional.