Teh Itu Minuman Para Dewa

Catatan Ringan T. Taufiqulhadi

T. Taufiqulhadi (CDN/Istimewa)

Karena perkawinan ini juga, Portugis yang senangnya nyaris gila karena mahar di atas, memberikan kepada Inggris hak  berdagang gratis di wilayah-wilayah yang dikuasai Portugis seperti Brazil, India Timur Portugis, yang di dalamnya masuk Bombay dan Tangiers. Maka setelah kesepakatan itu, Inggris memonopoli total perdagangan di India dan Tiongkok.

Company Ratu ini pun segera dapat akses ke teh dari Tiongkok dan kemudian memaksa semua manusia, apakah keturunan brahmana, ksatria, atau sudra, untuk menanam teh di India dan Caylon. Maka teh pun menjadi melimpah di Inggris, dan di negeri-negeri jajahannya.

Belakangan hari, Company , yang nyaris buta saking kaya ini, juga memaksa penanam teh di India untuk menanam candu. Jangan salah sangka, bukan untuk dikirim ke  Inggris, tapi candu ini dijual kepada orang Tiongkok. Mungkin para gentleman di Westminster ini berpikir, biar saja orang-orang berkuncir dan berkulit kuning ini layu karena mabuk candu, atau setidaknya semakin kuning karena penyakitan,  sepanjang uang tetap mengalir ke kantong Buckingham.

Hanya tidak seperti di negeri lain,  demam teh di Inggris terus berlanjut, selain karena promosi keluarga kerajaan di atas,  juga karena urusan cinta raja. Orang Inggris berpikir meneguk teh itu akan memakmurkan perusahaan bangsanya, company itu, dan dengan demikian akan memakmurkan negaranya. Jadi minum teh bagi orang Inggris, selain karena urusan rasa, juga terkait dengan urusan nasionalisme.

Untuk Indonesia, VOC-lah pada abad ke-17 yang berjasa memperkenalkan teh. Tak mau kalah dengan company Inggris, VOC mencium aroma uang sangat besar di daun teh. Tanpa ayal, ia memerintahkan kaum pribumi menanam teh di mana-mana. Sang pribumi yang biasanya menanam cabe keriting ini, jadi ponting-panting karena mengikuti perintah kompeni ini.  Semula di daerah Jawa Barat, kemudian ke Malang, Jatim dan terus di kawasan Toba, Sumut sekarang.

Lihat juga...