Petani di Lamsel Mulai Panen Cengkih
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Ratusan petani cengkih (Syzygium aromaticum) di Lampung Selatan, mulai melakukan proses panen. Kendati harga jual cengkih saat ini tak begitu tinggi, namun panen cengkih di saat pandemi Covid-19 dan bulan Ramadan, dirasa sangat membantu menambah penghasilan.
Jafar, petani cengkih di Desa Tamanbaru, Kecamatan Penengahan, menyebut memilih menanam cengkih varietas Sikotok yang bisa dipanen saat usia empat tahun.
Memiliki 100 batang tanaman cengkih jenis Sikotok, ia bisa memanen sekitar 1,5 ton. Sebab, rata-rata perpohon menghasilkan sekitar 15 kilogram cengkih basah, bahkan bisa lebih.

Sebanyak 1,5 ton cengkih basah akan dikeringkan, sehingga menyusut menjadi sekitar 1 ton. Dijual dengan harga Rp60.000 per kilogram dalam kondisi kering, ia bisa mendapat hasil Rp60juta.
Harga Rp60.000, menurutnya merupakan harga minimal. Sebab, cengkih mengalami pergerakan harga fluktuatif. Sebelumnya, harga cengkih sebagai komoditas ekspor bisa mencapai Rp150.000, namun terus anjlok hingga Rp100.000, bahkan Rp60.000 pada level petani.
Penanaman varietas Sikotok dengan ciri khas pohon pendek, buah kecil, namun cepat berbuah.
“Panen saat masa pandemi Covid-19 membuat petani lebih banyak di kebun, terutama kaum laki laki, kaum perempuan menjemur di rumah, sehingga memperoleh penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan selama bulan Ramadan,” terang Jafar, saat ditemui di kebunnya, Jumat (15/5/2020).