Mengenali Penyebab Rusaknya Terumbu Karang
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Keputusan pembangunan di wilayah karang atau dekat karang untuk keperluan pemukiman, tempat wisata atau tujuan lainnya, lanjutnya, juga dilakukan tanpa memperhitungkan fungsi ekologis terumbu karang.
“Polusi dari darat atau sering disebut watershed based pollution terjadi terutama untuk terumbu karang di pinggir pulau-pulau besar (marginal reefs). Polusi yang dibawa oleh sungai-sungai besar akibat manajemen polusi yang buruk di wilayah hulu mengakibatkan kematian terumbu karang di pesisir. Polusi ini juga bisa disebabkan sedimentasi akibat konversi lahan di hulu, sehingga sedimen ini terbawa melalui sungai menyebabkan kematian karang di pesisir. Karena menutupi karang secara langsung atau menyebabkan perairan keruh sehingga cahaya matahari tidak bisa mencapai karang,” ujarnya lagi.
Dan polusi laut, lanjutnya, biasa bersumber dari laut langsung misalnya dari pencemaran minyak oleh kapal-kapal nelayan, kapal wisata, polusi dari tempat wisata, sampah dari masyarakat pesisir atau wisatawan.
“Faktor kedua adalah tekanan global yaitu dampak perubahan iklim, yang sebetulnya disebabkan oleh manusia juga melalui pembakaran bahan bakar fosil yang kemudian menyebabkan meningkatnya gas rumah kaca sehingga bumi makin panas dan juga terjadi pengasaman laut,” kata Novi.
Dan, yang kedua dalam faktor tekanan global adalah adanya pengasaman laut karena peningkatan karbon di atmosfer.
“Pengasaman laut ini akan menggerus bentukan karang atau terumbu karang yang ada, karena sifat asam dari laut dan menyulitkan pembentukan karang. Namun demikian dampak ocean acidifation atau pengasaman laut ini belum ada studinya di Indonesia, sehingga keberadaannya dan dampaknya pada karang di Indonesia belum diketahui,” pungkasnya.