SETELAH ayam dipotong-potong jadi beberapa bagian, kuah sup ayam kental itu dimasukkan jadi satu. Semangkuk sup itu akan disajikan bersama nasi putih panas dengan taburan bawang goreng.
Biasanya satu sup tidak akan habis dimakan sendiri. Itu sebabnya, semangkuk sup bisa menghabiskan berpiring-piring nasi. Saking enaknya, sesendok kuah sup bisa membuat seorang menghabiskan sepiring nasi. Tidak heran sup ayam Jeng Rini jadi legendaris.
Soal apa yang ada di balik kuah sup kental itulah yang menarik dibicarakan banyak orang. Terlebih sebuah kain hitam kelam yang dipasang di kedua kayu dekat panci membuat banyak orang makin penasaran.
Karena biasanya di warung pada umumnya lainnya, pembeli bisa melongok ke panci sup dan melihat prosesnya.
Hanya aku yang tahu rahasia di balik kelezatan sup ayam Jeng Rini. Ya, aku saja yang tahu, lain tidak! Pengetahuan akan sebuah rahasia akan membuat seseorang berjarak dari apa yang ia ketahui.
Tapi, tidak! Saya tak akan berjarak dari sup itu, karena saya mencintai rahasia itu sekaligus membencinya. Orang lain boleh berspekulasi apa saja soal rahasia di baliknya. Tapi, aku tetap yakin spekulasiku yang paling mendekati kebenaran.
Yang membuat sup ayam ini ramai dibicarakan adalah karena kontroversi yang melekat bersama kuah sup ayam Jeng Rini. Konon warga asli di sekitar warung Jeng Rini tak mau makan sup itu. Alasannya macam-macam. Tapi, yang paling banyak adalah spekulasi soal penglaris dari setan.
”Coba saja bungkus sup ayam itu lalu makan di rumah. Pasti tidak enak!” Kata salah seorang warga. ”Saya pernah pesan sup dan dibawa pulang. Rasanya tetap enak. Banyak yang bilang begitu. Kalau begitu, bisa jadi bukan penglaris.” Timpal warga lainnya.