Fitnah Besar Mengatakan Kawilarang Pernah Menampar Soeharto
OLEH NOOR JOHAN NUH
Juga disebut masa kepemimpinan Pak Harto era Orde Baru sebagai pelanggar HAM. Faktanya, selama Orde Baru, tidak terjadi perang antar agama seperti di Ambon dan Poso (1999). Tidak ada pengeboman di gereja yang dikenal sebagai bom natal (2000). Tidak terjadi pembantaian dukun santet di Banyuwangi (2001).Tidak terjadi perang antar suku seperti terjadi di Sampit (2001). Tidak terjadi bom Bali (2002 dan 2005). Bom Kedutaan Australia (2004).
Ditampar Tanpa Sebab?
Dalam tulisan berjudul “Sosok Ini Berani Tampar Soeharto Saat Masih Prajurit, Begini Nasibnya Saat Pak Harto Jadi Presiden” yang ditayang di TribunBatam.id tanggal 20 April 2020, artikel yang telah tayang di sripoku.com berjudul “Sosok Alex Kawilarang Satu-satunya Prajurit TNI Pernah Tampar Presiden Soeharto”, adalah tulisan yang tidak akurat dan tidak kredibel.
Dituliskan; “Penempelengan tersebut terjadi Ketika Kawilarang menjabat sebagai Panglima selaku atasan dari Letkol Soeharto. Pada 1951-1956, Kawilarang diangkat sebagai Panglima Komando Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur (TTIT) di Makasar.”
Dalam buku AE Kawilarang—Untuk Sang Merah Putih, ditulis Ramadha KH, di halaman 219; “Pada bulan September seluruh pasukan ekspedisi Brigade Garuda Mataram dipimpin Letnan Kolonel Soeharto Kembali ke Jawa Tengah, karena memang tugasnya rampung sudah”.
Waktu isu penamparan itu tidak tepat, menyebut ketika Kawilarang menjabat Panglima tahun 1951-1956, sedangkan di buku Kawilarang disebut Letnan Kolonel Soeharto dan pasukan Brigade X meninggalkan Makassar September 1950.
Dituliskan ketika pemberontakan PRRI/Permesta meletus, Kawilarang yang pada waktu Atase Militer di Amerika mengundurkan diri, dan kemudian bergabung dengan PRRI/Permesta. Setelah pemberontakan itu dapat ditumpas, melalui Keppres 322/1961, nama baik Kawilarang dipulihkan akan tetapi pangkatnya diturunkan dalam dinas TNI menjadi Kolonel Purnawirawan.