Lestarikan Alam, UGM Tanam Ribuan Bambu
Penanaman tahap berikutnya sebanyak 1.100 bibit telah selesai dan sisanya 100 batang digunakan untuk penyulaman. Selain itu, teknologi infus bambu juga diterapkan untuk mengantisipasi kekurangan air pada musim kemarau.
“Demplot hutan bambu Wanagama yang memiliki total luas 2 ha ini rencananya dikembangkan menjadi 10 ha dan dikelola secara intensif menjadi ekosistem bambu yang memiliki banyak manfaat,” kata dia.
Ia mengharapkan dalam 5 hingga 10 tahun ke depan akan tumbuh industri pengolahan bambu di perdesaan dan lembaga desa. Pemerintah daerah dapat berkontribusi terhadap perluasan hutan bambu di Yogyakarta.
Sejalan dengan itu, UGM juga berupaya untuk terus mengembangkan teknologi yang mampu meningkatkan nilai ekonomi bambu.
Rektor UGM, Prof Panut Mulyono, memberikan apresiasi terhadap seluruh pihak yang mendukung program pengembangan hutan bambu.
Pemilihan bambu sebagai tanaman yang dilestarikan dan dikembangkan khususnya di dalam kawasan Wanagama menurutnya sangat tepat karena akan membawa dampak yang baik bagi lingkungan alam maupun masyarakat yang hidup di dalamnya.
“Harus kita rawat sebaik-baiknya, agar kelestarian hutan yang dapat mendukung kehidupan umat manusia ini bisa kita jaga dengan baik,” kata Panut.
Program Pelestarian Hutan Bambu Wanagama sesuai road map-nya akan dilakukan selama 10 tahun dengan empat fase, yaitu inisiasi unit percontohan (demplot) hutan tanaman bambu (produksi dan konservasi), perluasan klaster hutan Bambu Yogyakarta, pembangunan industri pengolahan bambu, dan yang terakhir, monitoring tata kelola bambu dan integrasinya dengan industri hilir.
“Kami berharap pengembangan bambu di Wanagama ini nantinya akan direplikasi di tengah masyarakat. Selain bambu akan lestari, tentu juga memberi manfaat kepada UMKM dengan produk berbasis bambu,” kata Wakil Bupati Gunung Kidul, Immawan Wahyudi. (Ant)