Seniman: TMII Cermin Persaudaraan dan Persatuan Bangsa

Editor: Koko Triarko

“Mungkin nggak punya biaya untuk pulang kampung. Dengan berkunjung ke TMII, bisa melihat kampungnya. Rasa kangen pun terobati, karena bisa kumpul dengan warga sekampung sambil nonton gelar seni,” ujarnya.

Sebagai seniman, Puput juga mengaku bangga bisa melatih tari di anjungan Jambi. Sehingga, dia bisa memperkenalkan ragam tari khas Jambi kepada pengunjung, khususnya generasi muda.

“Saya bahagia dan senang dipercaya melatih nari di anjungan ini, memperkenalkan budaya Jambi. Saya bangga bisa mengajar mereka,” imbuhnya.

Sejak 2006, Puput sudah mengajar tari di Sanggar Selaras Pinang Masak binaan Diklat Seni Anjungan Jambi TMII. Dalam pengembangan dan pelestarian budaya bangsa, dia pun kerap bersinergi dengan para seniman yang ada di TMII.

Sinergi itu dituangkan dalam sebuah gelaran seni, seperti pada HUT ke-44 TMII dalam balutan tari Massal Satu Arah, yang digelar di area Plaza Tugu Api Pancasila.

Menurutnya, dalam bidang sosial kaitannya dengan bencana alam, para seniman TMII juga membuat pertunjukan seni untuk menggalang dana bagi korban bencana alam. Salah satunya adalah  pertunjukan seni untuk menggalang donasi bagi korban bencana alam di Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Kita pernah garap kesenian yang digelar di Anjungan NTB, cari donasi untuk disumbangkan. Apa pun donasinya, uang maupun pakaian,” ujarnya.

Puput mengatakan, sebelum menjadi pelatih tari di Anjungan Jambi, semasa muda ia kerap tampil menari di TMII. Dia pun pernah tampil menari di Sasono Langen Budoyo, disaksikan oleh Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto.

Saat itu pada 1993, Puput bersama seniman mempersembahkan tarian Melayu. Usai menari,  Pak Harto dan Ibu Tien Soeharto, naik ke panggung Sasono Langen Budoyo untuk menyalami Puput dan seniman lainnya.

Lihat juga...