Tiga Makanan Khas Minang yang Sulit Ditemui
Editor: Koko Triarko
Di rumah makan ini turut menyajikan Sari Kayo sebagai makanan penutup. Namun sebelum disajikan, pramusaji yang akan menanyakan terlebih dahulu, apakah ingin mencicipi Sari Kayo. Bagi yang tidak berselera, pramusaji hanya akan menyajikan sesuai permintaan saja.
Laras, salah seorang pramusaji di Rumah Makan Pongek Situjuah, menjelaskan, makanan penutup yang disajikan di rumah makan itu gratis, hanya saja untuk Sari Kayo tidak diberikan secara gratis. Tapi meski tidak gratis, harganya sangat murah, yakni Rp5.000 per porsi yang turut menambah dengan sebungkus kecil beras ketan putih.
“Kenapa jadi makanan penutup? Biar setelah makan yang pedas, jadi hilang pedasnya,” katanya.
Kuliner yang satu ini hanya ada di daerah Payakumbuh atau di Kabupaten Limapuluh Kota, karena kuliner yang manis ini lahir di daerah tersebut. Sehingga daerah lainnya di Sumatra Barat, tidak memiliki pengetahuan untuk membuat Sari Kayo tersebut.
Laras menjelaskan, Sari Kayo begitu manis karena kuliner ini terbuat dari gula pasir dan sejumlah bahan-bahan lainnya. Sehingga, nantinya hasil Sari Kayo itu akan menyerupai agar-agar. Untuk mencicipinya, dibuatkan ketan beras putih atau juga bisa dari lemang.
Makanan yang juga langka ditemukan adalah kerupuk kuah. Di Sumatra Barat, kerupuk kuah merupakan kuliner yang tidak semua tempat wisata menyajikan. Bahkan, di masing-masing daerah bumi Minangkabau, kerupuk kuah rasanya nyaris berbeda, karena bumbu yang digunakan untuk membuat kuah.
