Tinggal di Kawasan Hutan, Warga Iligai di Sikka Kesulitan Air Bersih
Editor: Mahadeva
MAUMERE – Sekira 30 Kepala Keluarga (KK), yang bermukim di dalam kawasan hutan produksi Iligai, tepatnya di Kampung Iligai, Dusun Todang, Desa Hokor, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, NTT, masih mengalami krisis air bersih.
Meskipun tinggal di dalam kawasan hutan, warga mengaku kesulitan air bersih karena tidak adanya mata air yang bisa memenuhi kebutuhan. “Memang benar ada sekitar 30 kepala keluarga yang bermukim di dalam kawasan hutan tersebut. Itu hutan produksi Iligai, dan memang mereka sudah lama tinggal di hutan itu,” kata Hery Siswadi, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelola Hutan (UPT KPH) Kabupaten Sikka, Senin (4/11/2019).
Hery menyebut, sebagian besar warga sudah turun dan menetap di Dusun Todang. Sebelumnya, mereka menetap di dalam kawasan hutan. Pemerintah pernah meminta agar mereka menetap di luar kawasan hutan, agar anak bisa bersekolah lebih mudah. “Banyak yang sudah ke Dusun Todang dan bermukim di luar kawasan hutan. Ada juga sekolah dasar di dusun Todang,” ungkapnya.
Maria Albina, warga Kampung Iligai, Dusun Todang mengatakan, Dia bersama beberapa warga datang ke ujung jalan di Desa Nelle Wutung, tepatnya di dekat taman replika Kota Betlehem, untuk mengambil air. Air tersebut dibawa ke Desa Watubala, Kecamatan Waigete, sejauh sekira 30 kilometer dari Desa Nelle Wutung menggunakan sepeda motor. “Saya telepon anak di Desa Watubala, sehingga Dia bawa air menggunakan sepeda motor, dan ditaruh di dekat Replika Kota Betlehem. Nanti baru kami ambil dan bawa ke rumah,” jelasnya.
Air tersebut, dibawa dengan cara dimasukan ke dalam karung yang ujungnya diikat tali agar bisa digantung di kepala. Ada juga yang meletakan jeriken ukuran 20 liter di dalam wadah anyaman dari daun lontar, yang juga telah dipasangi tali. “Jalan ke kampung mendaki sejauh sekitar tiga kilometer, dari ujung Desa Nelle Wutung. Kalau air habis, kami telepon dan mereka antar, baru kami turun dari kampung untuk mengambilnya,”sebutnya.