Mengenal Kopi Asli Batusangkar
BUKITTINGGI – Harum aroma kopi tercium samar di halaman Istano Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat, saat menjadi titik finish Etape I Tour de Singkarak 2019. Aroma itu menggoda, menarik hasrat untuk mendekat.
Senyum dan sapaan hangat menyambut saat memasuki “stand” kecil yang dipenuhi peralatan pengolah kopi itu. Aroma khas terasa makin kental. Memanggil-manggil.
Kopi Mato Aia, begitu merk dagang yang tertera. Kopi mata air jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Jefri, sang pemilik menawarkan untuk memilih menu yang ditulis di papan harga kecil di depan stand dan jatuh pada pilihan caffe latte. Kopi yang dicampur susu cair.
Jefri mulai “mengolah” pesanan. Mengukur jumlah kopi yang digunakan, kemudian mengekstrak kopi menggunakan rok presso. Alat ekstrak yang digerakkan secara manual untuk mendapatkan tekanan tinggi.
Ia menekan dua tuas di masing-masing sisi hingga cairan kopi menetes keluar. Cairan kopi itu kemudian dicampur dengan susu cair. Ada motif cantik tercipta saat proses pencampuran itu.
Caffe latte terasa begitu manis sampai di mulut. Rasa kopinya bercampur sempurna dengan susu, saling menguatkan rasa. Sebentar saja, tanpa terasa, caffe latte itu sudah tandas.
Jefri bercerita, usaha Kopi Mato Aia itu ia mulai pada 2017. Saat itu, belum banyak pengusaha kopi dengan konsep cafe dan cara pengolahan yang modern berdiri di Tanah Datar. Kedai kopi yang ada saat itu masih tradisional, yang mencampur kopi dengan air panas untuk dikonsumsi.
Ia mencoba merintis usaha dengan belajar pada “master” kopi di Sumbar. Ia mulai rajin membuka situs-situs tentang kopi, belajar secara otodidak. Kopi yang paling menonjol saat itu di Sumbar adalah kopi “Solok Radjo”.