Memanfaatkan Limbah Kulit Jengkol untuk Insektisida Nabati

Editor: Makmun Hidayat

Bahkan dari petani setempat mengatakan, tidak sulit untuk mendapatkan bahan seperti kulit jengkol. Karena bahan yang tersedia bisa mencapai jumlah yang banyak hingga puluhan karung. Hanya saja pengolahan dan untuk apanya bahan tersebut itu, yang tidak mereka ketahui.

“Jadi melalui dana BOPTN yang disediakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas, kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Kini apa yang telah kita berikan kepada petani, bisa diterapkan dengan baik,” ungkapnya.

Dikatakannya, proses sosialisasi pengelolahan limbah kulit jengkol itu, dimulai dengan memberikan pemaparan mengenai bahaya pestisida sintetik, sehingga perlunya adanya alternatif lain yang ramah lingkungan. Setelah itu memberikan pemahaman terkait bahan-bahan alami yang dapat dijadikan sebagai insektisida nabati.

Dalam praktek pembuatan insektisida nabati dari kulit jengkol yang langsung dikerjakan oleh masyarakat ini diikuti secara antusias. Pembuatannya dilakukan secara sederhana dengan menggunakan 1 kg kulit jengkol yang dicincang-cincang, kemudian ditumbuk lalu dicampurkan dengan 10 liter air dan 1 sdm sabun cair.

“Tujuan hal itu dilakukan untuk perekat, dan setelah itu barulah diendapkan selama 1 -2 minggu lalu disaring dan siap untuk digunakan. Pengaplikasian dapat dicampurkan dengan urin sapi untuk menambah unsur hara dalam tanah sehingga dapat menyuburkan tanaman yang dibudidayakan,” jelasnnya.

Obel melihat dewasa ini banyak produk-produk pangan yang dihasilkan sudah terpapar oleh berbagai bahan berbahaya. Salah satunya kandungan kimia sintetis akibat aktifitas manusia dalam tindakan budidaya tanaman. Sudah menjadi kebiasaan petani secara turun menurun dalam mempertahankan produksi selalu menggunakan insektisida kimia sintetik.

Lihat juga...