Menjadikan Indonesia Pengguna Energi Ramah Lingkungan, Terus Dilakukan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Walaupun pembauran Energi Baru Terbarukan masih terlihat kecil saat ini, tapi Indonesia sangat berpeluang untuk mencapai angka yang ditargetkan. Target pembauran Energi Baru Terbarukan (EBT) pada tahun 2050 adalah 31 persen. Dan pada tahun 2045 adalah 23 persen. Sementara, tercatat pembauran pada tahun ini baru mencapai 12,4 persen.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Baru Terbarukan, Dirjen EBTKE, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KemenESDM), Harris, ST, MT menyebutkan, proses untuk menjadikan Indonesia sebagai pengguna energi ramah lingkungan masih terus dilakukan.

“Tercatat di awal tahun kita mempunyai 75 kontrak dengan kapasitas energi sebesar 1.800 megawatt. Dari 75 ini, saat ini sudah 8 yang memasuki tahap COD atau komersial,” kata Harris saat diskusi media tentang EBT di GoWork fX Sudirman Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Ia melanjutkan, 35 kontrak saat ini sedang memasuki tahap konstruksi dan 32 dalam tahap pembiayaan.

“Dari 32 itu, dua sudah dieliminasi karena tidak terlihat progresnya. Sementara 18 kontrak belum deal. Kita masih mengupayakan untuk bicara dengan donatur melalui skema B2B,” urai Harris lebih lanjut.

Harris menyebutkan, dibandingkan negara lainnya, Indonesia mempunyai potensi yang sangat bagus untuk pengembangan EBT.

“Indonesia ini punya semuanya. Punya air, punya solar, punya angin, panas bumi. Jadi sangat bagus. Peluang untuk menjadi 31 persen itu ada,” ujarnya.

Untuk membangun suatu pembangkit tenaga listrik berbasis EBT tidak membutuhkan waktu lama.

“Misalnya PLTS atau pembangkit listrik tenaga surya itu, proses konstruksi hanya sekitar setahun. Jadi setahun hingga dua tahun suatu proyek sudah bisa COD,” pungkasnya.

Lihat juga...