Dua Gubuk ini Tak Tersentuh Ribuan Bantuan Rehap Rumah di Pessel

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

Kondisi tersebut dirasakan sejak delapan tahun belakangan. Keluarga ini bekerja sebagai buruh perkebunan gambir. Penghasilan mereka hanya cukup makan saja, apalagi saat ini harga gambir sangat murah.

Jangankan untuk memikirkan perbaikan rumah yang telah lama mereka tempati, untuk menikmati sepiring nasi dan sambal seadanya, sudah dinilai untung bagi Ijal dan keluarganya.

“Kalau gambir murah, untuk makan saja susah. Itu pun jika dapat upah, harus bayar utang juga, karena selama saya bekerja, istri dan anak-anak saya perlu makan hari-hari juga sebelum saya mendapatkan gaji,” ungkap Ijal, Rabu (4/9/2019).

Ijal saat berada di rumah bersama keluarga nya dan memperlihatkan kondisi di dalam rumahnya yang memprihatinkan, Rabu (04/09/2019)/ Foto: M. Noli Hendra

Dia mengaku tetap tabah bertahan di rumah tersebut, walaupun telah berusaha menyelipkan sedikit rezeki untuk membangun rumah yang lebih layak. Tapi hanya baru bisa membangun pondasi saja. Ijal berharap ada bantuan dari pemerintah atas kondisi tersebut, sehingga keluarganya bisa mendapatkan tempat berteduh yang lebih layak.

Sedangkan rumah kedua dengan besar yang sama ditempati pasutri Ikal (36) dan Adi (32) dan kedua orang anak mereka. Kondisinya hampir sama dengan rumah pertama. Kesamaan lain, Ikal juga menggantungkan hidup dari upah mengolah gambir warga setempat.

“Beginilah kondisinya, apalagi harga gambir turun, untuk makan saja harus cari kesana dan kesini,” ujarnya.

Ikal mengaku pernah mendengar informasi bedah rumah dari pemerintah, namun rumah mereka tidak juga mendapatkan giliran.

Lihat juga...