Warga Desa Kelaten-Lamsel ‘Ngasak’ Jagung Usai Panen
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Musim panen jagung pada musim kemarau di Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel), tak hanya memberi berkah bagi pemiliknya. Namun juga bagi warga lain yang sering mencari sisa jagung usai panen, yang oleh warga setempat disebut ‘Ngasak’.
Sumini, salah satu warga asal Desa Kelaten, menyebut, ngasak merupakan kegiatan mencari jagung usai dipanen. Ngasak dilakukan setelah semua buruh petik bekerja menyelesaikan pemetikan jagung.
Ngasak dilakukan Sumini dan sejumlah warga yang tidak memiliki lahan jagung. Ia bahkan selama ini hanya bekerja sebagai buruh tanam padi (tandur), membersihkan rumput di sawah (matun). Upah yang diperoleh dari buruh tanam dan petik kini mencapai Rp50.000 per hari. Saat panen jagung, selain bekerja sebagai buruh petik, Sumini mendapat upah menyesuaikan jumlah karung yang diperoleh.
Musim panen jagung saat kemarau di wilayah Penengahan sebagian berbarengan. Imbasnya, sejumlah buruh petik sangat diperlukan. Upah memetik jagung semula hanya Rp4.000 per karung, kini naik menjadi Rp7.000.
Dalam sehari, pada lahan satu hektare, bersama sejumlah petani, ia bisa mendapatkan lebih dari Rp70.000 dari memetik jagung.
“Makin banyak jagung yang bisa saya peroleh, maka upah akan makin besar. Namun saat musim kemarau, panen di lahan terbuka harus butuh kondisi badan yang sehat, karena cuaca bisa mengakibatkan kekurangan cairan,” ungkap Sumini, Jumat (16/8/2019).
Usai proses pemanenan, pemilik lahan akan melakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan pemeriksaan pada lahan tidak ada tongkol jagung tersisa, sebagian limbah batang jagung akan dibakar. Meski demikian, karena sebagian warga ada yang mengais rezeki dengan kegiatan ngasak, lahan dibiarkan tidak dibakar, hingga proses ngasak dilakukan.