Pemindahan IKN, Emil Salim: Pemerintah Perlu Belajar dari ORBA

Editor: Koko Triarko

JAKARTA – Ekonom senior, Emil Salim, mengatakan, pada zaman Orde Baru (Orba), Presiden Soeharto membuat komitmen dalam sidang di hadapan DPR RI, bahwa pemerintah tidak akan devaluasi rupiah.

“Waktu itu semua tepuk tangan mendengar komitmen Pak Harto, pemerintah berjanji tidak akan devaluasi rupiah,” kata Emil, dalam diskusi publik bertajuk ‘Tantangan Persoalan Ekonomi Sosial dan Pemerintahan Ibu Kota Baru’ di Jakarta, Jumat (23/8/2019) sore.

Namun, menurutnya, dalam perjalanan pembangunan, keadaan devisa Indonesia menurun dan nilai tukar rupiah tidak realistis.

“Devisa kita menciut, dan nilai rupiah juga tak realistis. Ini harus devaluasi. Tetapi, Bank Indonesia (BI) dan Menteri Keuangan menyatakan, ‘jangan’, karena Presiden berjanji untuk tidak devaluasi,” imbuhnya.

Karena kondisi perekonomian nasional makin lepas landas, kata Emil, maka para ekonom pun berkumpul untuk menyatukan pikiran menyelematkan Indonesia.

“Kalau hanya janji Presiden, rupiah itu merosot terus ekonomi negara makin rusak. Apakah otak sehat ilmu ekonomi tidak layak untuk bicara dan membantu Presiden mengoreksi?” tukasnya.

Akhirnya, para ekonom bertemu dengan Presiden Soeharto untuk mengajukan dua opsi. Pertama, tidak ada devaluasi, maka perkembangan rupiah terus akan turun. Opsi kedua, yakni dengan devaluasi, kemungkinan ekspor naik dan rupiah kuat.

Presiden Soeharto diberi dua pilihan untuk menyelamatkan ekonomi nasional. “Dan, kata Beliau (Pak Harto), kenapa kita biarkan rupiah merosot?” kata Emil, menirukan jawaban Pak Harto, kala itu.

“Karena Bapak Presiden sendiri menjanjikannya di sidang  DPR,” jawab para ekonom, kata Emil.

Lihat juga...