Ibadah kurban menjadi salah satu waktu terbaik bagi peternak rakyat melepas ternak peliharaannya karena harga jual yang cukup baik bertepatan dengan hari raya tersebut.
“Sebenarnya, kalau kita mau mengoptimalkan potensi kurban agar dapat tergali dan terkelola, ada satu masalah bangsa yang bisa diselesaikan, yaitu impor daging,” ujar Yusuf.
Sebagai pembanding, sepanjang 2018, Indonesia mengimpor 207 ribu ton daging sapi senilai 708 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp10,1 triliun.
Kenaikan permintaan seperti saat Iduladha tidak boleh lagi membuat pasokan hewan ternak ditutup oleh impor. Momentum keagamaan Iduladha harus bisa menyejahterakan peternak lokal, bukan peternak asing.
Caranya, dengan memotong rantai distribusi hewan kurban, maka harga di tingkat peternak rakyat dapat lebih tinggi dan daging yang diterima orang miskin akan lebih besar.
Lebih jauh lagi, bila bisa digerakkan ke dalam sektor industri pengolahan berupa pengalengan daging kornet atau olahan daging berbumbu dengan citarasa lokal, maka kesejahteraan peternak bisa makin baik. (Ant)