Cegah Banjir, Sejumlah Sungai di Lamsel Dinormalisasi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Imbasnya tanah longsor masuk ke badan sungai mengakibatkan banjir saat musim penghujan. Normalisasi oleh pemerintah dan swadaya masyarakat disebutnya terus dilakukan.
Swadaya masyarakat disebutnya dilakukan dengan menanam pohon penahan longsor di bantaran sungai. Selain itu upaya mengedukasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan bisa meminimalisir pendangkalan.
Langkah pencegahan saat musim kemarau diakui Suyitno bisa meminimalisir kerugian saat penghujan. Sebab akibat sungai meluap puluhan rumah warga kerap terendam.
“Normalisasi secara bertahap dilakukan dalam jarak sepuluh meter lalu dilanjutkan hingga ke muara sungai agar air lebih lancar,” timpal Suyitno.
Normalisasi sungai diakui Suyitno sangat penting dilakukan meski musim penghujan belum tiba. Sebab proses pengerasan turap dan tanggul penangkis di bantaran sungai bisa lebih dipercepat.
Sebagian warga yang secara swadaya melakukan proses pembuatan turap di sekitar bantaran sungai membuat potensi longsor bisa dihindari.
Normalisasi sungai Pegantungan disebut Suyitno sekaligus memudahkan nelayan menyandarkan perahu di alur sungai. Sebab alat berat milik Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang mengembalikan kedalaman sungai.
Semula sungai dengan kedalaman tiga meter dan lebar sepuluh meter bisa dilalui perahu nelayan. Setelah dinormalisasi ia berharap nelayan bisa kembali memanfaatkan sungai tersebut.
Normalisasi siring alam penyebab banjir juga dilakukan di Desa Pasuruan Kecamatan Penengahan. Akibat sampah yang dibuang sembarangan, siring yang dangkal, banjir kerap terjadi saat musim penghujan.
Pada saat kemarau alat berat jenis eskavator didatangkan untuk melakukan normalisasi. Pengerukan bagian siring yang dangkal diakui Sumarlan warga setempat menjadi cara mencegah banjir.