Petani Sawit di Lamsel Mulai Antisipasi Kebakaran
Editor: Koko Triarko
Ia selalu mengingatkan, agar saat berada di kebun sawit jangan melakukan aktivitas membakar atau merokok. Namun akibat keisengan, puntung rokok yang dibuang pada tumpukan pelepah kering pernah mengakibatkan kebakaran.
Pembuatan saluran air khusus mengantisipasi kebakaran lahan dilakukan oleh Sutikno, dengan menyiapkan embung dan kolam penampungan air.
Sementara itu, Sutikno memastikan tanaman sawit miliknya masih produktif meski di musim kemarau. Memasuki masa trek kemarau, sejumlah tanaman sawit menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang lebih minim.
Pada saat penghujan, dalam satu pohon sawit bisa menghasilkan sekitar 5 TBS, namun saat kemarau maksimal hanya menghasilkan sekitar 3 TBS dengan rata-rata hasil 5 hingga 10 kilogram.
“Meski hasil minim, namun kebun harus tetap dijaga dari potensi kebakaran, karena bisa merembet ke tanaman lain,” papar Sutikno.
Petani sawit lainnya, Suminto, menyebut musim kemarau membuat kebun miliknya mudah terbakar. Usai proses pemanenan, pembersihan lahan kerap dilakukan dengan pengumpulan limbah pelepah dan TBS pada lokasi yang sudah ditentukan. Saat pembersihan, ia jarang memakai sistem pembakaran, melainkan menggunakan zat pembusuk daun.
“Khusus untuk pembersihan lahan, kerap digunakan zat pembusuk dengan cara pelepah ditampung pada lubang dan disemprot,” ujarnya.
Menurutnya, proses pembakaran pada lahan sawit selain berpotensi membakar batang sawit, juga bisa menurunkan produksi. Saat kemarau, sebagian tanaman kelapa sawit yang dikembangkan petani mengalami penurunan hasil. Meski kemarau dengan adanya aliran sungai Way Sekampung pemilik kebun sawit di Kecamatan Sragi masih bisa mempertahankan produksi.