Pembudidaya Rumput Laut dan Pengolah Teri Terbantu Kemarau

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Saat musim kemarau tanpa adanya banjir dari muara sungai, sampah kiriman dipastikan minim. Sebab sampah sungai kerap mengakibatkan jalur atau tali budidaya rumput laut dipenuhi sampah.

Volume sampah saat musim hujan diakuinya berimbas terganggunya lingkungan perairan, menjadi biang hama rumput laut. Jenis hama yang muncul diantaranya lumut parasit penghambat pertumbuhan.

Kekerdilan pada tanaman bisa terjadi akibat hama lumut memenuhi cabang cabang rumput laut. Sebaliknya meski minim hama, rumput laut lebih aman dari hama saat kemarau.

Suhu yang tinggi pada perairan diakuinya kerap mengakibatkan rumput laut mati dan terkena bintik putih.

“Solusi penyulaman atau mengganti tanaman kerap dilakukan saat kemarau, tapi potensi hama lebih minim,” ungkap Salim.

Jenis rumput laut yang dikembangkan jenis Spinosum (Eucheuma spinosum) diakui Salim mudah diperoleh bibitnya.

Bibit rumput laut jenis spinosum semula dibeli dengan harga Rp1.000 per kilogram dengan kebutuhan awal sebanyak 500 kilogram. Sebagai tahap awal pengembangan ia membeli setengah ton bibit rumput laut tersebut seharga  Rp 500 ribu.

Bibit rumput laut spinosum disebutnya disediakan bersamaan dengan sebanyak 100 jalur berupa tali diberi pelampung botol plastik bekas.

Pada musim tanam rumput laut awal 2019 Salim menyediakan bibit sekitar satu ton yang dipencarkan menjadi sebanyak 200 lajur dengan panjang lajur masing masing 30 meter. Penyediaan bibit secara mandiri disebut Salim cukup efisien karena sistem tersebut lebih hemat.

“Jenis rumput laut spinosum atau dikenal sebagai rumput laut alami diakui memiliki daya tahan dari penyakit sehingga kerap dibudidayakan,” cetusnya.

Lihat juga...