Kapten Kapal

CERPEN KEN HANGGARA

Tak ada yang tahu urusan macam apa itu atau ke mana dia pergi, tetapi toh kapten tua itu selalu kembali. Saat orang desa lama tak mendengar suara nyanyiannya, mereka kira sang kapten lagi-lagi pergi ke suatu tempat yang hanya dia saja yang tahu.

Namun suatu hari, setelah entah berapa lama laki-laki tua itu tak kelihatan batang hidungnya, tak sengaja seseorang menemukan tubuh kakunya di bawah kolong bus bekas yang tak lagi dipakai.

Tubuh itu membusuk sedemikian rupa, dan orang menebak kematian sang kapten berlangsung beberapa hari sebelumnya. Jika demikian, berarti, dia telah pulang kemari sebelum benar-benar mati. Bagaimana mungkin orang tidak tahu?

“Atau, ada yang membunuhnya di suatu tempat? Maksudku, seseorang di luar sana, yang barangkali dahulu adalah musuh bebuyutannya? Setelah dibunuh, Kapten dibawa ke sini, dibuang ke kawasan yang orang-orang ketahui sebagai tempat di mana kapalnya terakhir bersandar!” tebak seseorang.

“Tidak. Kurasa dia keracunan makanan,” bantah yang lain.

“Bagaimana kalau dia kebetulan hanya meninggal saja?”

“Kok bisa?”

“Maksudnya?”

“Kok bisa meninggal di kolong bus tua?!”

“Mungkin dia sengaja tidur di situ selagi merasakan kematian akan datang padanya, dan dia enggan merepotkan kita dengan mengurus tubuhnya.”

“Sekarang kita juga masih harus mengurus tubuhnya, kan? Tebakan yang aneh!”

“Setidaknya sekarang tubuhnya busuk dan mungkin petugas rumah sakit atau polisi yang justru bekerja!”

“Benar juga.”

Memang, setelah sekelompok polisi datang dan memeriksa TKP, serta menanyakan beberapa hal pada warga, jasad kapten tua dibawa ke rumah sakit untuk diurus di sana. Tak berapa lama, jasad itu kembali bersama peti kayu sederhana dan orang-orang desa pun serempak menguburkannya.

Lihat juga...