Alas Mentaok 

CERPEN EKO SETYAWAN

“Mana aku tahu,” jawab malaikat penyampai wahyu acuh.

“Aku bisa dipurnatugaskan jika tak ada nyawa yang kuajak ke langit hari ini. Oh ya, kudengar kau pernah membuat persetujuan dengan manusia bernama Hadiwijaya tentang tanah surga dari Ia Yang Mencipta?”

“Memang kenapa?”

“Aku boleh minta tolong?”

“Tentu saja demi kebaikan.”

Akhirnya keduanya sepakat. Akhirnya malaikat pencabut nyawa turun dari langit ketika Sutawijaya dan Arya Penangsang berlari untuk saling menyerang. Arya Penangsang mengacungkan kedua kerisnya, sementara Sutawijaya melemparkan tombak.

Kilatan petir dan angin topan semakin membesar. Beradu atas nama kekuatan yang ada dalam kedua pusaka itu. Tombak Kiai Pleret meleset, Arya Penangsang berhasil menghalaunya dengan melempar Kiai Betok dan terpantul tombak ke arah lain.

Itu tentu bukan suatu kebetulan melainkan dilakukan dengan sengaja oleh malaikat pencabut nyawa.
Tetapi hal itu tak disadari oleh Arya Penangsang. Ia menyeringai lebar ketika tahu ia akan menang.

Ia berlari menuju Sutawijaya dengan keris Kiai Setan Kober yang semakin haus darah. Sutawijaya ternganga. Seolah tak percaya dengan apa yang terjadi. Lantas Arya Penangsang mengayunkan tangan dan menghunuskan kerisnya ke arah lawannya.

Tapi seketika itu juga malaikat pencabut nyawa membalikkan arah keris sehingga pusaka itu menancap ke perut Arya Penangsang. Terkaparlah ia dengan pusakanya sendiri.

Malaikat penyampai wahyu turun, lantas membisikkan ke telinga Sutawijaya,  “Alas Mentaok ada di Barat Daya.”

Sementara itu, malaikat pencabut nyawa membimbing roh Arya Penangsang ke langit.

“Kau tak perlu menyesal, manusia,” kata malaikat pencabut nyawa.

Lihat juga...