Alas Mentaok 

CERPEN EKO SETYAWAN

Sementara itu, Alas Mentaok yang tak lain adalah tanah hitam yang subur dan gembur masih dirahasiakan tempatnya. Katanya tak jauh dari Pajang. Rahasia Alas Mentaok hanya diketahui oleh Sultan Hadiwijaya.

Hal itu karena Alas Mentaok tak lain tanah surga yang dibuat oleh Ia Yang Mencipta yang diberikan untuk Hadiwijaya sebagai hadiah karena telah turut serta dalam penaklukkan maksiat.

Tanah itu tak sepenuhnya diberikan, tetapi kelak akan diberikan pada orang lain jika sudah ada orang yang tepat untuk mengolah dan memanfaatkan demi kepentingan banyak orang.

Keberadaan tanah itu disampaikan melalui perantara malaikat dan dibuatkanlah perjanjian antara malaikat dengan Hadiwijaya.

“Alas Mentaok akan kuberitahukan jika sudah ada orang yang kau pilih,” kata malaikat penyampai wahyu pada Hadiwijaya.

“Tapi, bagaimana aku bisa mempercayai hal itu?” protes Hadiwijaya.

“Apa yang kau ragukan dari Gusti Pangeranmu?”

“Tidak ada. Aku percaya.”

“Kelak kau temui Ki Ageng Karanglo di Dusun Taji jika sudah menemukan orang yang tepat untuk menyangga beban berat Alas Mentaok,” terang malaikat.

Dengan penuh takzim, Hadiwijaya mengangguk. Dalam mimpinya itu, ia mendapat wahyu dari laku dan tabiat baiknya. Kelak sejak saat itulah malaikat penyampai wahyu tak memiliki pekerjaan, karena pekerjaan itu adalah tugasnya terakhir di bumi dan berhubungan dengan manusia.

Setelahnya, ia hanya berleha-leha di langit bersama malaikat pencabut nyawa mengamati siapa manusia yang akan mati dan segera dikumpulkan di langit.

Alas Mentaok − tanah yang hilang− yang subur dan gembur berhasil menggoda Sutawijaya. Semua orang menginginkan Mentaok. Semua orang menginginkan tanah surga itu. Semua orang ingin menjadi yang terpilih sebagai penguasa Alas Mentaok.

Lihat juga...